IKLAN / ADVERTISEMENT

Sabtu, 03 Januari 2009

KARYA MONUMENTAL PRAJURIT TNI AU

PESAWAT HERCULES C-130 TYPE L-100-30
SUKSES MENGUDARA DENGAN ENGINE T56-A-15

Oleh Kol tek Haryoko/Dirharpesbang Koharmatau



KADO SPESIAL HUT KE 45 KOHARMATAU

Pada pagi nan cerah di bulan suci Ramadhan bertempat di Lanud Halim Perdanakusuma, tanggal 12 September 2008 pukul 09.00 WIB, sebuah pesawat Hercules C-130 type L-100-30 Nomer Registrasi A-1325 milik Skadron Udara 31 yang dipasangi 4 buah engine T-56-A-15 mulai meraung dan melaksanakan simulated take off sebanyak dua kali untuk meyakinkan bahwa pesawat aman untuk diterbangkan. Selanjutnya Letkol Pnb Isep sang Komandan Skadron udara 31 sebagai test pilot dengan 1 set crew terbaik mulai persiapan untuk melaksanakan test flight. Didalam pesawat terdapat Kol. Tek Waliyo Direktur Enginering dan Kol. Tek Haryoko Dirharpesbang Koharmatau, Kol. Tek Taufik SA Dan Depohar 10, Kol. Tek Wisnu Dewantoko Kadislog Lanud Halim P, Letkol Tek Nyoman Sumanta Dan Skatek 021, Mayor Tek Agus Subiyanto Kadishar Skadron 31 dan Mayor Tek Johny Dan Flighthar Skadron 31 untuk memberikan dorongan semangat kepada sang kapten pilot. Setelah mengecek seluruh instrumen bekerja dengan baik, maka melesatlah sang Hercules menembus awan biru dengan perkasa untuk mengawali suatu langkah monumental yang membuktikan betapa hebatnya karya prajurit TNI AU.

Didalam Cockpit pesawat Hercules yang sejuk, seluruh crew pesawat tetap berkonsentrasi untuk menuntaskan seluruh tahapan test flight: pattern, performance serta shut down engine dan air start. Tanpa terasa 2 jam mengudara, wajah wajah di pesawat tampak cerah setelah pesawat mendarat dengan aman dan selamat. Ketika seluruh awak pesawat dan penumpang turun saling berjabat tangan dengan memancarkan keharuan dan kebanggaan menyambut keberhasilan pesawat Hercules L-100-30 versi sipil dengan engine type 501-D22A dimodifikasi menjadi pesawat Hercules Type HS versi militer dengan engine T-56-A-15.

Pada hari senin tanggal 15 September 2008, tidak mau ketinggalan untuk memberikan dukungan moril kepada crew pesawat dan team modifikasi, Dan Koharmatau Marsda TNI Sunaryo sebagai jendral lapangan yang membuat keputusan modifikasi pemasangan engine T56-A-15 pada pesawat C-130 L-100-30 turut terbang sebanyak dua kali mengelilingi wilayah udara jakarta dan esok harinya pesawat melanjutkan test flight dengan Kapten Pilot Mayor Pnb Damanik untuk menyelesaikan tahapan test flight yang belum terlaksana, dan kesemuanya dapat berjalan dengan lancar dan aman. Keberhasilan memodifikasi pesawat C-130 L-100-30 menjadi pesawat versi militer oleh para prajurit TNI AU merupakan kado spesial pada HUT ke 45 Koharmatau.





Proses Perjalanan Lahirnya Ide Sampai Pelaksanaan Modifikasi

Depo pemeliharaan 30 yang berada di Lanud Abd. Saleh Malang memiliki berbagai produk unggulan sesuai bidang tugasnya yakni melaksanakan pemeliharaan tingkat berat pesawat terbang, motor turbin (engine), komponen dan produksi materiail secara terbatas. Salah satu produk andalannya adalah engine T56 series yang sangat dibutuhkan oleh pesawat Hercules C-130 dari Skadron Udara 31 dan 32. Kemampuan personel yang berpengalaman serta kelengkapan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki, telah menghasilkan ratusan engine T56 series baik engine type T56-A-7B untuk pesawat C-130 type B, engine T56-A-15 untuk pesawat C-130 type H/HS maupun engine 501-D22A pesawat C-130 L-100-30. Pemeliharaan terhadap engine T56 series baik untuk HSI (Hot Spot Inspection), rectifikasi sampai overhaul telah lama dikuasai bahkan telah mampu memodifikasi engine T56-A-7B menjadi T56-A-15 dan telah mendapat pengakuan secara intern maupun ekstern TNI AU.

Para teknisi paham betul bagian terkecil dan berbagai macam suku cadang dari engine T56 series, sampai pada penghujung tahun 2006 munculah ide pesawat C-130 L-100-30 dapat dipasangi engine T-56-A-15 karena adanya pesamaan hampir semua modul, komponen maupun performance engine tersebut. Selanjutnya dibentuklah team penyusun naskah rencana pemasangan engine T-56-A-15 pada pesawat C-130 type L-100-30 yang terdiri dari Kol tek Haryoko, letkol tek DR Gita, Letkol Tek Semri Bija dan Letkol Tek Wahyu Hidayat almahum (Salah satu korban kecelakaan pesawat C-212 A-2106 di daerah Bogor). Setelah melakukan berbagai kajian dan penyempurnaan, naskah tersebut mulai disosialisasikan ke Koharmatau, Disaeroau dan Asrena Kasau. Pada kwartal 1 tahun 2007, Koharmatau memberikan respon dengan mengundang personel Disaeroau serta pejabat terkait Koharmatau untuk mendengarkan paparan Dandepohar 30 dan menmberikan tanggapan. Dari hasil diskusi, ada kesepahaman bahwa ide modifikasi pemasangan engine T-56-A-15 pada pesawat C-130 L-100-30 dapat diterima. Selanjutnya pada pertengahan tahun 2007 dilaksanakan Pokja I di Koharmatau yang mengundang pihak pihak terkait seperti, Disaeroau, Dislitbangau, Dislambangjau, Staf operasi dan Staf Logistik Mabesau serta Depohar 10 dan 30.

Dalam diskusi yang dipimpin Kol Tek Waliyo Direktur Engineering Koharmatau masih ada yang meragukan tentang konsep modifikasi ini. Pda awal kwartal ketiga tahun 2007, Pokja II kembali dilaksanakan di Koharmatau dengan peserta dari instansi yang sama, dan dari hasil diskusi sudah mulai ada kesepahaman dan menerima konsep untuk dapat menindak lanjuti kegiatan modifikasi secara bertahap. Sampai dengan berakhirnya kalender tahun 2007, konsep ini berhenti tanpa ada keputusan.

Naiknya Marsda Sunaryo HW sebagai Komandan Koharmatau yang baru, menghidupkan kembali konsep yang telah disusun. Dengan gaya kepemimpinannya yang khas, tegas dan berani bertanggung jawab, diperintahkan kepada Direktur Enginering dan Dirharpesbang untuk merealisasikan konsep tersebut menjadi suatu hal yang nyata. Selanjutnya oleh para teknisi Depohar 10 dilaksanakanlah modifikasi pemasangan engine T56-A-15 pada pesawat A-1327 dan A-1325 selanjutnya pesawat mengudara dengan sempurna sesuai konsep perencanaan. Bertolak dari keputusan ketegasan dan keberanian dalam memutuskan, telah melahirkan karya monumental dari prajurit jajaran koharmatau yang sangat bermanfaat bagi kepentingan TNI AU.


Mengapa pesawat dimodifikasi ??!!

Pesawat hercules buatan Lockheed Martin USA diproduksi dalam beberapa type dan terbukti sangat handal sebagai pesawat angkut berat. Kehandalan dan ketangguhan pesawat Hercules khususnya type H dan H/S yang didesign untuk kepentingan militer menarik minat operator sipil untuk menggunakannya.

Selanjutnya untuk memenuhi permintaan pasar, diproduksilah Hercules type L-100-30 dengan engine 501-D22A dalam jumlah terbatas yang mengambil basic design dari pesawat Hercules type H/ HS. TNI AU saat ini mengoperasikan 4 jenis pesawat Hercules, type B yang paling lama dioperasikan dan buatan tahun 1960, H dan HS yang dioperasikan pada tahun 1980 dan armada kekuatan pesawat C-130 TNI AU bertambah besar dengan diterimanya pesawat hercules L-100-30 hibah dari PT Merpati Nusantara Airlines//PT Pelita Air Service.

Pesawat hercules mempunyai engine yang berbeda setiap typenya, type B menggunakan engine T56-A-7B, Type H/HS memakai engine T56-A-15 sedangkan type L-100-30 menggunakan engine 501-D22A. Penggunaan engine yang berbeda beda pada pesawat Hercules apabila ditinjau dari segi maintenance kurang efisien dan tidak dapat interchangeable sehingga kesiapan pesawat kurang dapat dioptimalkan. Engine T-56-A-15 pada pesawat C-130 H/HS versi militer dengan Engine 501-D22A pada pesawat C-130 -100-30 versi sipil mempunyai kesamaan karakteristik maupun performancenya. Perkembangan selanjutnya, karena jumlah produksi yang terbatas, maka pesawat C-130 L-100-30 mulai kesulitan memperoleh suku cadang dan apabila mendapatkanpun harganya lebih mahal. TNI AU pada tahun 2006 pernah membuat kontrak pengadaan 4 engine 501-D22A, namun akhirnya kontrak tersebut terpaksa diamandemen karena tidak ada satupun mitra kerja yang sanggup memenuhi permintaan TNI AU. Bertolak dari alasan tersebut, maka muncul gagasan untuk menstandardkan pesawat L-100-30 versi sipil menjadi versi militer dengan alasan :

1. Faktor teknis, engine 501-D22A dan engine T-56-A-15 mempunyai karakteristik dan performance yang sama.

2. Faktor ekonomis, yaitu mahal dan langkanya mencari suku cadang engine Type 501-D22A di pasaran dunia

3. Faktor operasi, yaitu dengan digantinya engine 501-D22A dengan engine T56-A-15, maka pesawat C-130 L-100-30 versi sipil otomatis menjadi pesawat versi militer sehingga kesiapan operasional pesawat hercules dapat dioptimalkan dan engine menjadi interchangeable.


PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ENGINE T56-A-15 DENGAN 501-D22A.

Secara umum kedua type engine tersebut adalah sama, namun demikian terdapat perbedaan pada beberapa systemnya. Persamaan dan perbedaan kedua engine tersebut adalah :

1. Persamaan

a. Limitasi. Penunjukan batasan operasi dari kedua engine yang ditunjukkan pada instrumen indikator adalah sama yaitu:

1) Torquemeter indicator maksimum 19.600 in/lbs
2) Rpm Indicator maksimum 102 %, normal 98-102 %
3) TIT Indicator maksimum 1.077̊C, normal 200-1.007̊C
4) Oil temp indicator maksimum 100̊C (in flight 5 menit, on ground 30 menit) normal 65-85̊C
5) Oil pressure indicator
(a) Power section maksimum 60 psi normal 50-60 psi
(b) Gear box mmaksimum 250 psi, normal 130-250 psi
(c) Oil Quantity indicator maksimum 12 gallons, normal 4-12 gallons

b. Operation. Pengoperasian engine type T56-A-15LFE dan engine 501-D22A adalah sama. Batasan-batasan pengoperasian sejak pesawat masih di darat (ground operation), saat pesawat Take off maupun setelah pesawat take off (Flight Operation) hampir seluruhnya sama.

2. Perbedaan

a. Fuel Flow System. Engine Fuel Flow system pada engine type T56-A-15 dan engine type 501-D22A dan terdapat 2 perbedaan yaitu :

1) Fuel Drain System. Pada engine type T56-A-15LFE saat Starting engine maupun saat shut down engine terjadi pembuangan dari engine melalui drain mast (fuel pressure dibawah 8 psi). Sedangkan pada engine type 501-D22A bahan bakar tersebut ditampung di collector can dan dikembalikan ke fuel pump.

2) Fuel Flow Indicating system. Pada engine T56-A-15LFE menggunakan fuel transmitter P/N 8TJ50GAS5 sedangkan engine 501-D22A menggunakan fuel transmitter P/N 8TJ64GBW2. terdapat sedikit perbedaan yaitu pada engine T56-A-15LFE Fuel Flow transmitter menggunakan 2 buah Electrical plug. Fuel hose dari Drip Valve ke Drain Mast ada engine 501-D22A lebih panjang dari pada engine type T56-A-15LFE.

b. Beta Light. Pada pesawat L-100-30 terdapat sebuah lampu di Engine Instrument Panel yang akan menyala apabila low pitch stop propeller bekerja, sedangkan pada pesawat C-130 H/HS tidak ada dan monitoringnya dengan melihat perubahan penunjukkan pada Torquemeter dan RPM indicator.

c. Engine Anti Icing Warning Light System. Pada pesawat L-100-30 terdapat sebuah lampu di Engine Instrument Panel yang akan menyala apabila terjadi Icing di Air Intake Engine, sedangkan pada pesawat C-130 H/HS tidak ada.

d. Low Oil Pressure Warning Light System. Pada pesawat L-100-30 terdapat sebuah lampu di Engine Instrument Panel yang akan menyala apabila terjadi tekanan oli rendah (P/S dibawah 45 psi, G/B dibawah 130 psi) sedangkan pada pesawat C-130 H/HS tidak ada dan monitoringnya dilaksanakan dengan melihat penunjukkan pada Oil Press indicator.


Pelaksanaan Kegiatan Modifikasi
Kegiatan modifikasi dilaksanakan dalam 2 tahap, tahap pertama meliputi kegiatan pemeriksaan, melengkapi suku cadang, modifikasi pemasangan engine T56-A-15 sampai dengan engine ground run menggunakan pesawat A-1327 yang dalam status U/S agar tidak mengganggu kesiapan operasi, sedangkan tahap kedua melaksanakan modifikasi pemasangan engine, ground run dan test flight menggunakan pesawat C-1325 dalam kondisi pesawat Serviceable. Tahap pertama memerlukan waktu selama 14 hari di Skadron Udara 31 dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Electrical Wiring Modification. Untuk pelaksanaan modifikasi pemasangan engine T56-A-15 pada pesawat L-100-30 No. Reg A-1327 diperlukan electrical wiring modification pada Fuel flow Indicating system. Pelaksanaan modifikasi ini berlangsung selama 3 hari dilaksanakan oleh Tim dari Sathar 15 Depohar 10 Lanud Husein S. Bandung. Berdasarkan hasil penelitian / survey pada pesawat maupun kajian dari publikasi teknik, menunjukkan bahwa cable looming dari wiring fuel flow indicating system kedua pesawat ini sama, yang berbeda hanya pada komponen fuel flow power supply dan fuel flow indicatornya saja sehingga dalam pelaksanaan modifikasi electrical wiring hanya mengganti plug power supply, plug indicator dan circuit breaker.

2. Penggantian Komponen. Dalam modifikasi pemasangan engine T56-A-15 pada pesawat L-100-30, cukup mengganti komponen fuel flow power supply dan fuel flow indicator seperti ditunjukkan pada tabel.

NO NAMA BARANG P/N DILEPAS P/N DIPASANG JML
1 Fuel flow power supply 8TJ88GAD1 8TJ51GAA5 1 Ea
2 Plug Power Supply MS3106R14S5SX MS3106R14-5S 1 Ea
3 Fuel flow indicator 8DJ64GBC1 8DJ64GBH1 4 Ea
4 Plug Indicator MS3106R14S-2S MS3106R18S-1S 4 Ea
5 Circuit breaker - D7271-7 1 Ea

3. Installation. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah melengkapi semua AWP suku cadang pesawat A-1327 agar dapat digunakan untuk melaksanakan ground run up menggunakan engine type T56-A-15.

4. Functional Check. Functional check terhadap seluruh sistem pada pesawat A-1327 meliputi:

a. Power In / System Functional Check. Pelaksanaan Power In pada semua instrument yang berhubungan dengan Engine bekerja dengan normal sesuai fungsinya.

b. Refueling / Fuel Tank Leak Check. Pada pelaksanaan refueling semua komponen bekerja dengan normal.

c. Aircraft System Fucntional Check. Dalam pelaksanaan modifikasi ini untuk Functional Check dititik beratkan pada bekerjanya Indicating Fuel System dimana semua Engine dalam keadaan normal sebelum dilaksanakan Ground Run Up.

d. Ground Run Up. Ground Run Up dilaksanakan sebanyak 4 kali selama 3 jam kali dengan hasil baik.

Tahap kedua pelaksanaan kegiatan modifikasi pemasangan engine T56-A-15 tidak berbeda dengan tahap pertama, yang membedakan hanya penggunaan pesawatnya yaitu A-1325 dan pelaksanaan Test flight. Pada tahapan ini pelaksanaannya lebih cepat karena kondisi pesawat adalah serviceable sehingga waktu pengerjaan modifikasi dilaksanakan selama 9 hari ditambah 3 hari untuk test flight dengan rincian sebagai berikut:

1. Electrical Wiring Modification dan Penggantian Komponen. Untuk pelaksanaan modifikasi electrical wiring dan penggantian komponen fuel flow power supply dan fuel flow indicator diselesaikan selama 3 hari.

2. Installation. Installation engine T56-A-15 dan Propeller diselesaikan selama empat hari.

3. Functional Check. Functional check terhadap seluruh sistem pesawat A-1325 diselesaikan dalam waktu 2 hari.

4. Test Flight. Test flight berdasarkan T.O 1C-130B-6CF tentang Acceptance And Or Functional Check Flight dilaksanakan sebayak 3 kali selama 3 hari.


Penutup

Demikian sekelumit proses perjalanan konsep modifikasi pemasangan engine T56-A-15 pada pesawat C-130 type L-100-30 yang dilakukan oleh para prajurit TNI AU sebagai karya monumental dan dipersembahkan sebagai kado spesial HUT ke 45 Koharmatau , diharapkan setelah disajikannya tulisan ini akan lahir karya karya lain yang lebih spektakuler, semoga.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah keren banget pak.. salut buat bapak mari kita berikan yag terbaik buat TNI khususnya TNI AU ya pak... saya bangga punya senior seperti bapak di TNI Angkatan Udara